Cerita Gay Romantis dan Cerita Gay Sex di padukan ke dalam Cerita Gay Khusus Cowok yang berisi Cerita Gay Bergambar.
Love Season,
ada yang suka gk sama cerita ini? Mohon pendapatnya yah my readers? Please?
Suka nulis
cerita juga? Kirim cerita kamu ke Cerita Gay Khusus Cowok di form Kirim Cerita
yang telah kami buat.
No Reminder. Cuma
minta like or komennya aja ;)
Episode
sebelumnya : Ariel dan Revan melanjutkan perjalanan mereka untuk mencari makan
siang. Di tengah perjalanan, ada peristiwa yang membuat keduanya merasakan
getaran aneh di hati mereka. Sementara itu Ira dan Renata harus menanggung malu
di kelasnya oleh bu Siska.
Love Season Episode 3
Tak berapa lama
Ariel dan Revan sampai di sebuah desa sebelum masuk wilayah kota. Mereka
berhenti tepat di depan sebuah rumah makan lesehan unik. Terlihat seperti
restoran di atas sungai. Rumah makan itu menyediakan berbagai macam menu olahan
ikan air tawar, bahkan ada layanan memancing juga di sana. Setelah dipancing,
baru dimakan. Eh, diolah dulu maksudnya.
“Kita ngapain
ke sini Van?” Ariel turun dan membuka helmnya.
“Lu kan Laper,
masih nanya?” ketus Revan membuat darah Ariel mendidih.
“Ok, fine. Kita
mau makan ke sini. Tapi kita Cuma,,,”
“Iya, kita juga
mancing.” Kata-kata Ariel terpotong oleh Revan yang merangkulnya berjalan masuk
ke dalam pondok rumah makan.
“Mancing 2
orang.” Revan memesan saat sampai di depan manajer rumah makan tersebut.
“Aku kan gk
suka mancing Revan.” Protes Ariel memanyungkan bibirnya.
“Suka gk suka,
kita mancing.” Bantah Revan. Tak berapa lama, manajer tadi datang kembali.
“Sudah tuan.
Mari saya antarkan.” Ucap pria paruh baya itu merendah di hadapan Revan. Ariel
mencubit perut samping Revan dengan pelan hingga Revan memekik. Revan mengerti
apa maksudnya.
“Makasih Pak.
Tapi gk usah Pak, Bapak kembali kerja lagi saja.” Ucap Revan tersenyum disambut
bapak itu dengan sangat senang. “Ohya, jangan panggil saya tuan yah Pak. Ok?”
“Baik Tuan.”
Jawab bapak itu membuat Revan menatapnya lekat. Revan memicingkan matanya
sedikit. Lalu bapak tua itu mengerti dan berkata, “Baik Mas.”
“Bolehlah.”
Ucap Revan. Sedangkan Ariel tak berhenti tersenyum mengamatinya. “Ohya, jangan
kasih tahu mama sama papa kalau saya ke sini.” Pesannya lagi sebelum masuk dan
menghilang dari pandangan bapak tua itu.
“Ohya Van, gw
mau nanya nih ke lo. Gw Cuma kepikIran aja.” Ucap Ariel di tengah perjalanan ke
tempat pemancingan. Revan tak merespon, itu artinya Ariel boleh bertanya. Sikap
Revan memang sering berubah-ubah, namun sebagai sahabatnya, sudah wajib bagi
Ariel untuk mengerti semua hal itu.
“Bapak yang
tadi itu kan udah lama banget nih kerja sama orang tua lo, kIra-kIra kapan yah
beliau akan pension?”
“Nanya apa sih
Lu?”
“A,, Anu.. Ah.
Gk jadi deh.”
“Kenapa? Kok lu
care banget?”
“Gk juga sih.
Kasihan aja liat dia udah tua gitu masih kerja. Terakhir kali kita dating kan
udah dua tahun yang lalu, gw masih ingat sikap lo ke dia.” Revan menghentikan
langkahnya disusul Ariel kemudian. Ia menatap Ariel dalam. Ariel mulai merasa
risih, ia sadar bahwa Revan mulai marah karena dia mengungkit keburukan dalam
diri Revan.
“Maaf Van, gw
gk maksud gitu.” Ucap Ariel bersalah. Ia hanya berani menundukkan wajahnya di
hadapan pemuda keras di depannya itu. Revan sendiri Nampak bingung ingin
berkata apa. Tanpa berbicara sepatah katapun ia merangkul Ariel dan melanjutkan
perjalanan mereka.
<Di
Sekolah>
Ira dan Renata
terdiam di hadapan bu Siska. Mereka masih tidak berani melihat ibu guru
tersebut dengan jelas. Sementara bu Siska sendiri masih sibuk dengan
lembaran-lembaran di hadapannya. Dengan kepala yang masih tertunduk, kedua
gadis ini terus menggigit bibir bawah mereka. Perasaan tak tenang merayapi hati
gadis-gadis itu. ‘Apa yang akan menjadi hukuman bagi mereka dan sekejam apakah
bu Siska ini sebenarnya?’
Sereret.. bu
Siska menanda-tangani berkas terakhir di tangannya kemudian menutup berkas itu.
Senyumnya memperlihatkan kebebasan hatinya saat itu. Perlahan mata sinisnya
menatap tajam ke arah 2 orang siswi di hadapannya.
“Kalian tahu
kenapa kalian di sini?” DeG! Serasa ingin copot jantung kedua remaja itu oleh
suaranya.
“Ti.. Tidak
Bu.” Jawab Ira.
“Kalau Renata?”
mata bulat bu Siska kini tertuju kepada Siska yang semakin gugup.
“Saya tahu Bu.”
“Hm,, kenapa?
Bias kamu jelaskan untuk saya?” semakin lama bu Siska semakin menjadi menakuti
Renata dan Ira. Renata sendiri masih mengatupkan bibirnya, ia bingung harus
menjawab apa.
“Kenapa tidak
dijawab Renata?”
“A.. Ah..”
Renata menjadi gugup, setengah suaranya menghilang.
“Yang jelas
dong, masa Cuma A, Ah..” bentak bu Siska masih sedikit halus.
“Maaf Bu.”
Renata terduduk lemas dan Ira berusaha menahannya. Kekokohan tulangnya tak
mampu mnopang tubuhnya yang lemas bergetar karena rasa takutnya. Ira sampai
menetsekan air mata melihat sahabat kecilnya terkulai seperti itu.
“Heh?” bu Siska
mendesah melihatnya. Beliau juga Nampak terkejut oleh kejadian itu dan segera
menolong Renata. Setelah mendudukkan Renata ke kursinya, ia berkata, “Padahal
kan saya Cuma bercanda.”
“Hah?” teriak
kedua gadis itu berbarengan.
“Yaah, kaget
lagi. Masa iya sih wajah seantik ini punya hati nenek lampir?” kali ini bu
Siska membuat bingung Ira dan Renata dengan wajah lemah tak bersalahnya.
“Saya tadi Cuma
berakting. Gk taunya sampe segininya. Maaf yah.” Ucapnya tulus.
“Aah Ibu. Kami
kan jadi lemes Bu.” Rengek Ira memprotes. Sementara Renata masih berusaha
mengembalikan kekuatannya.
“Saya kan sudah
bilang maaf. Lagian, kalian juga yang salah. Saya kan wali kelas kalian, masa
kalian gk tahu kalau saya ini lembut?”
“Benarkah?
Tapikan Ibu baru seminggu jadi wali kelas kita.”
“Cepet banget.”
Ira terkejut melihat Renata yang tiba-tiba saja berbicara .
“Hihi..”
mendadak bu Siska tertawa kecil sambil menutupkan tangan ke mulutnya.
“Kenapa Bu? Ada
yang lucu?” gadis-gadis ini menjadi bingung lagi.
“Gk kok, gk ada
yang lucu.” “Ya sudah, karena kalian sudah terlanjur di sini, Ibu mau nanya
rencana kalian tentang surprise untuk Revan. Kalian mau kan bantuin ibu biar
bisa dekat sama yang lain?” oh ternyata.. akhirnya bias dimengerti. Bu Siska
memang unik.
Cerita Gay Hot
Sex : Rian
Sahabatku PART 1 : Diary SMA dan Rian
Sahabatku PART 2 : Party Sex
<Di Rumah
Makan>
“Hahwh..” Ariel menguap singa di tengah pemancingan mereka. ‘Klop!’ sebuah
anggur tepat menuju sasaran. Masuk ke dalam mulut Ariel.
“I.h.. Lo?!”
Ariel mencoba berteriak meskipun anggur itu menyulitkannya bicara.
“HahaHaha..”
Revan tertawa lepas melihat tingkah lucu Ariel.
“Mm, Rese’!”
Ariel merutuk saqmbil menggigit habis anggur di mulutnya. “Aw,”
“HahaHahaha..
HahaHahaha..” Revan semakin lepas melihat Ariel yang semakin menggemaskan.
“Pait..,
chffth..” rengeknya sambil meludahkan biji anggur dari mulutnya.
“Aahahahahahaha..”
“Revann.!..!!”
Ariel terlihat bagai badai yang akan segera meluncur mengejar Revan.
“Ah,, digigit..
digigit.” Revan berteriak menunjuk ke tongkat Ariel. Secepat kilat Ariel
menarik hasil pancingannya. Namun meskipun menarik dengan sekuat tenaga, Ariel
yang tak pernah suka memancing membuatnya kesulitan menangani lawannya yang ada
di dalam air itu.
“Van…!” Ariel
berteriak meminta bantuan Revan.
“yaelah,, gini
aja susah.” Keluhnya sambil berdiri di belakang Ariel. Perlahan ia menggenggam
tangan Ariel dari belakang. Tentu saja perlakuannya membuat panas wajah Ariel.
“Tarik Ril!”
teriaknya sama sekali tak dihIraukan oleh Ariel.
“Riel, Tarik!”
teriaknya lagi sambil menarik dengan sekuat tenaga..
“Ah,, iya iya.”
Gumam Ariel baru menyadarkan diri. Semua terasa lambat saat itu.
“Tahan… Tarik…
Tahan.. Tarik.. Taha.n..n.. Tarik yang kencang!” teriakan Revan di telinganya
pun terasa lambat dan bermakna.
Ariel mulai
memberanikan diri menengok ke arah Revan. Ia menikmati gerakan mulut dan
tatapan tajam Revan yang serius pada pancingan mereka. Ingin sekali rasanya
menyentuh kulit itu, membelainya dan mencium bibir itu. Jarak antara matanya
dan wajah Revanpun terbilang hanya 5 centimeter saja. Terpaksa ludahnya harus
ditelan sendiri.
“Van?” ucapan
Ariel tanpa sadar melesat masuk ke telinga revfan. Revan dengan spontan
mengikuti arah sumber suara.
DeG! Mata
mereka bertemu dengan sama-sama membulat. Hidung, mereka telah menempel. Dan
bibir mereka tinggal berjarak satu centimeter. Tangan Revan masih erat
menggenggam tangan Ariel. Kehangatan tubuh mereka menyatu antara depan dengan
belakang. Perlahan Ariel menutup matanya. Revan ikut menutup matanya sendiri,
perlahan dan perlahan. Hati dan jantung yang berdegup begitu keras di bawah
langit hangat yang biru. Dengan tubuh yang menempel. Revan mencoba sedikit demi
sedikit memajukan bibirnya sedikit lebih dalam. Berharap kedua bibir itu segera
bersentuhan. Kini jarak satu centimeter itu serasa seperti berkilo-kilo. Rasa
ingin dan ragu menggejolak di dalam hati kedua pria yang tengah ingin bergumul
lidah ini. Dan masih, Revan masih mencoba memajukan bibirnya lebih dalam.
~ To Be
Continued ~
Pre- Episode
Selanjutnya : Revan berbalik dan tersenyum ke arah Ariel. Tangannya
memilih-milih di antara piring hitam. Ariel dan Revan makan berdua di dalam
ruangan vip yang khusus untuk tamu yang ingin berkencan. “Gimana klo isinya
ancaman atau bom?” Ira mulai berpikIran negative. Matanya membulat sempurna.
Haah.. Hy?
Masih kurang seru yah? Heheh.. maaf yah klo masih kurang. Soalnya nulis di
warnet itu menakutkan, menghabiskan uangku guys, coba aja klo aku punya lappy..
pasti aku usahain update tiap 2 hari. J dan sepertinya juga harapanku untuk
update 3 episode baru gk jadi deh. Maaf yah, dapetnya Cuma 2. Nantikan
keseruannya pada episode selanjutnya. Di jamin bakalan suka. Thanks,, for
reading. Budayakan komentar juga yah gays, karena author pemula ini juga bikin
blog ini agar bias punya jaringan, heh? Teman maksudnya gan. J see u next time.
I hope u like this.
Update Love Season : Love Season Episode 8
Update Love Season : Love Season Episode 8
0 Response to "Love Season Episode 3"
Post a Comment